Minggu, 07 Agustus 2011

Pengertian ROA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Return On Asset (ROA)
Return On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Analisis Return On assets atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang yntuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.
Beberapa ahli mendefinisakan Retutn On Asset sebagai berikut :
Definisi Return On Asset (ROA) yaitu “Return On Asset (ROA) yaitu rasio antara Net Income After Tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal”.(Sawir,2001)
Menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan mendefinisakan Return on Asset yaitu “Rasio imbalan aktiva (ROA) merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan”. (2006:529)
Dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Asset merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai ( reasobable return ) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya didefinisakan sebagai sebagai laba bersih ( Operating income ). Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. Return On Asset kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional.

2.2 Laba
2.2.1 Pengertian Laba
Tujuan utama dari perusahaan yaitu untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk mengembangkan perusahaannya.
Menurut I. Gilanso dalam bukunya “ Pengantar Ekonomi Mikro” mengatakan bahwa :
“ Laba adalah selisih antara penerimaan atau pendapatan total dan jumlah
seluruh biaya”.
(1999:36)
Menurut Soemarno S.R dalam bukunya Akuntansi Suatu Pengantar 2 definisi laba adalah :
“Selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha”.
(2005:230)
Menurut Hendry Simamora dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis definisi laba adalah “Perbedaan pendapat dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih”.
(2000:25)
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting definisi laba adalah :
Kenaikan modal ( aktiva bersih ) yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. (1997:31)

Menurut ASSEGAF Ibrahim Abdullah dalam Kamus Akuntansi “Dictionary of Accounting” definisi laba adalah “Bagi perusahaan secara keseluruhan adalah kelebihan pendapatan atas seluruh beban dan biaya”.
(2001:347)
2.2.2 Jenis-jenis Laba
Dalam bukunya Akuntansi suatu pengantar 1 Soemarsono menyebutkan beberapa laba dalam bagian perhitungan laba rugi yaitu :
a. Laba Bruto
Laba bruto yaitu selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Laba bruto kadang disebut juga laba kotor. Disebut laba kotor karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan biaya usaha.
b. Laba Usaha
Laba usaha yaitu selisih antara laba bruto dan biaya usaha. Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegitan utama perusahaan
c. Laba Bersih
Laba Bersih yaitu selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya dan kerugian. Laba bersih merupakan angka terakhir dalam laporan laba rugi jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal.
Menurut John J. Wild dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan definisi laba adalah “Pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan”. (2004:110)
M. Tuanakotta mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :
1. Laba Kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan HPP.
2. Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.
3. Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah dengan beban lain-lain
Menurut Ahmad Belkaoli dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat penggolongan dalam penetapan pengukuran laba sebagai berikut :
1. Laba kotor atas penjualan, merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan . Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.
2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumalah penjualan, biaya administrasi dan umum.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak, merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan denagn selisih pendapatan adan biaya lain-lain.
4. Laba kotor sesudah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya nonoperasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.

2.3. Peranan Return On Asset Dalam Meningkatkan Laba
Rasio Return On Asset digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ( Dendawijaya :2001:120)

Selasa, 02 November 2010

PPP, IRR, IFET

Interest Rate Pariety Theory

    Dengan menggunakan teori paritas suku bunga dapat diketahui hubungan antara bursa valas dan pasar uang internasional  Interest Rate Pariety Theory (IRPT) paling banyak digunakan dalam literatur keuangan internasional yang menyatakan bahwa perbedaan tingkat suku bunga pada pasar keuangan internasional mempunyai kecenderungan yang sama dengan forward rate premium atau forward rate discount. IRPT menekankan pada perbedaan antara kurs forward dan kurs spot yang tercermin dari perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara. Kurs forward mata uang suatu negara yang mengandung premi ditentukan oleh perbedaan tingkat suku bunga antar negara. Akibatnya arbitrase suku bunga yang ditutup akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan suku bunga domestik. Variabel yang digunakan pada IRPT adalah premi forward  dan perbedaan suku bunga antar dua negara (Khalwaty, 2000). Untuk mengetahui hubungan antara     foreign country premium (fr premium) dan forward rate discount dari suatu valas dan tingkat suku bunga di pasar uang dapat digunakan rumus :

An=Ah/SR(1+if)FR

Keterangan :

An   =   Amount, yaitu jumlah uang dalam negeri yang akan diterima pada  akhir suatu periode investasi.

Ah   =   Amount, yaitu jumlah uang dalam negeri yang diinvestasikan dalam periode tertentu. 

If  =    Interest Rate, yaitu tingkat suku bunga deposito di luar negeri.

Sr  =    Spot Rate. 

FR  =   Forward Rate.

 

2. Purchasing Power Parity Theory

    Teori  Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory = PPPT) digunakan untuk menganalisa pengaruh inflasi antara dua negara terhadap kurs valas. PPPT disebut juga Teori Paritas Daya Beli, Teori Keseimbangan Daya Beli atau Teori Kesamaan Daya Beli yang di ciptakan oleh Gustav Cassel setelah Perang Dunia II. Variable-variabe yang digunakan dalam PPPT adalah perubahan kurs spot dalam persentase dan perbedaan laju inflasi antar dua -negara. Menurut PPPT, kurs spot suatu valas akan berubah sebagai reaksi terhadap inflasi antara dua negara yang mengakibatkan daya beli seseorang ketika dia belanja di negara sendiri akan sama dengan mereka belanja di luar negeri. Kurs valas cenderung mengalami perubahan kearah rasio daya beli antara dua mata uang dalam jangka panjang (Khalwaty, 2000).

3. International Fisher Effect Theory

    IRPT memfokuskan pembahasannya pada penyebab terjadinya perbedaan antara kurs forward  dengan kurs spot yang dapat mencerminkan perbedaan antara tingkat suku bunga antara dua negara dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pada PPPT dan  International Fisher Effect Theory (IFET) memfokuskan pembahasannya pada bagian kurs spot berubah    sepanjang waktu. International Fisher Effect Theory memprediksikan bahwa kurs spot bergerak mengikuti perbedaan suku  bunga antar negara. Dengan demikian terdapat hubungan antara International Fisher Effect Theory dengan PPPT, karena perbedaan tingkat suku bunga antar dua negara dipengaruhi oleh perbedaan tingkat inflasi antar negara (Khalwaty, 2000).

a. Effect Theory

Analisis IFET menggunakan variable -variabel dasar persentase perubahan kurs spot dan perubahan suku bunga antar dua negara. IFET berdasar pada teori Irving Fisher yang menyatakan bahwa tingkat bunga mominal (i) di setiap negara akan sama dengan  Real Rate Return  (r) di tambah dengan tingkat inflasi yang diharapkan (I). Secara formulatif, teori Irving Fisher adalah :

 

i = r + Inflasi

 

Teori Effek Fisher menjelaskan bahwa tingkat suku bunga pada dua negara yang berbeda akan terjadi akibat adanya perbedaan tingkat inflasi yang diharapkan. IFET didasarkan pada teori effek Fisher yang pada prinsipnya mirip dengan IRPT, karena menggunakan perbedaan tingkat suku bunga dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya perubahan kurs valas. Jadi perbedaan tingkat suku bunga yang terjadi antara beberapa negara baik menurut PPPT maupun  International Fisher Effect Theory    antara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi (Khalwaty, 2000).

b. Kelemahan IFET

IFET sebenarnya memliki beberapa kalemahan yang harus dicermati saat kita memprediksikan fluktuasi kurs yang disebabkan pengaruh inflasi dan suku bunga antar-dua negara. Kelemahan IFET antara lain (Khalwaty, 2000) :

1) Hasil perhitungan kurs valas tidak selalu tepat dan validitasnya tidak selalu  dapat dibuktikan karena inflasi mempengaruhi perubahan valas. Akibatnya perubahan kurs tidak selalu sama dengan perubahan tingkat inflasi.

2) Selain pengaruh inflasi yang dominan terhadap fluktuasi kurs valas, harus dicermati pula pengaruh dari kontrol otoritas moneter, posisi neraca pembayaran, pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga, produk domestik bruto, permintaan dan penawaran valas serta sentimen bursa valas yang tidak masuk dalam variabel perhitungan pada IFET.

3) Berdasarkan hasil uji empirik, perbedaan tingkat inflasi antara dua negara yang dijadikan variabel dalam memprediksi fluktuasi kurs valas pada IFET tidak selalu memberi hasil yang akurat. Penyebabnya tidak dimasukkannya variabel-valiabel lain yang  turut berpengaruh seperti perbedaan tingkat suku bunga antar dua negara dan kebijakan ekonomi makro.

4. International Parity Condition

Menyadari kelemahan-kelemahan mendasar dari IRPT, PPPT dan IFET yang digunakan dalam memprediksi kurs valas sejak digunakan sistem kurs mengambang, para pakar terus berusaha mengatasi dari kelemahan teori tersebut.

Dengan menganalisis Parity Condition, investor yang menginginkan keuntungan jangka pendek harus melakukan investasi atau piutang dalam valas dengan tingkat bunga yang relatif tinggi dengan kecenderungan berapresiasi. Sebaliknya, jika ia meminjam atau berhutang valas hendaklah ia memilih tingkat bunga yang relatif rendah serta mempunyai kecemderungan akan terdepresiasi. Dengan Parity Condition Analisys akan diketahui sebab-sebab terjadinya kenaikan tingkat suku bunga. Dengan menaikkan tingkat suku bunga pemerintah dapat mengurangi JUB. Tingkat suku bunga kredit yang tinggi dapat digunakan untuk membayar biaya bunga. Tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong investasi dan selanjutnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional secara proposional (Khalwaty, 2000).

KURS VALAS, INFLASI DAN BUNGA

 

I. Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity)

Paritas Suku Bunga menyatakan bahwa tingkat bunga perbedaan antara kedua negara adalah sama dengan persentase perbedaan antara kurs forward dan kurs spot. Ketika kekuatan pasar memaksa perubahan suku bunga dan kurs nilai tukar sedemikian rupa sehingga arbitrase perlindungan suku bunga tidak dapat dilakukan lagi dan terjadilah keseimbangan yang dinamakan paritas suku bunga. Pada saat keseimbangan tersebut, kurs forward berbeda kurs spot pada jumlah tertentu yang dapat mengompensasi perbedaan suku bunga antara dua mata uang.

II. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity)

Paritas daya beli (PPP) adalah teori yang menyatakan bahwa nilai tukar antara mata uang berada dalam keseimbangan ketika daya beli mereka adalah sama di masing-masing dari kedua negara. Terdapat dua bentuk paritas daya beli yang popular, yang meliputi :

  1. Bentuk Absolut Paritas Daya Beli

Bentuk absolute PPP  dibentuk berdasarkan asumsi bahwa tanpa adanya hambatan internasional, pelanggan akan mengubah permintaan mereka ketempat dimana harga lebih rendah. Bentuk ini menyatakan bahwa harga sejumlah barang yang sama pada dua Negara yang berbeda akan sama jika diukur pada mata uang yang sama. Contoh :

Jika sejumlah produk yang sma diproduksi oleh AS dan Inggris, dan harga di Inggris lebih rendah jika diukur pada mata uang yang sama, maka permintaan poduk di Inggris akan meningkat dan permintaan produk AS akan turun. Karenanya harga actual pada kedua Negara tersebut akan terpengaruh  dan nilai tukar akan berubah. Kedua kekuatan  ini menyebabkan harga produk itu akan setara jika diukur dalam mata uang yang sama.

  1. Bentuk Relatif Paritas Daya Beli

Bentuk relative PPP mempertimbangkan kemungkinan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transportasi, bea masuk, dan kuota. Versi ini menyatakan bahwa karena adanya ketidaksempurnaan pasar, harga sejumlah produk pada Negara yang berbeda tidak selalu sama jika diukur dalam mata uang yang sama. Namun dalam bentuk ini harga produk akan sama jika diukur dalam mata uang yang sama selama biaya transportasi dan batasan perdagangan tidak berubah

III. Dampak Fisher Internasional (Internasional Fisher Effect)

Teori IFE  menggunakan tingkat suku bunga sebagai pengganti perbedaan inflasi. Teori IFE menjelaskan bahwa tingkat suku bunga pada negara yang berbeda akan terjdi akibt adanya perbedaan tingkat inflasi yang diharapkan.

 

Kaitan Dengan Paritas Daya beli

Teori PPP menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi, jika suku bunga riil antar Negara sama, maka perbedaan suku bunga nominal diakibatkan oleh perbedaan taksiran inflasi. Teori IFE menyatakan bahwa mata uang asing dengan suku bunga yang relative tinggi akan terdepresiasi karena suku bunga nominal yang tinggi mencerminkan taksiran inflasi. Suku bunga nominal juga akan membentuk risiko gagal bayar atas investasi jadi kaitan antara Internasional  Fisher Effect dengan paritas daya beli adalah teori IFE melihat perubahan suku bunga dipengaruhi oleh perbedaan taksiran perubahan tingkat inflasi.

Perbandingan  teori IRP, PPP dan IFE

Teori IRP membahas mengapa kurs forward berbeda dengan kurs spot dan tingkat perbedaan yang seharusnya terjadi. Teori PPP dan IFE membahas tentang bagaimana kurs spot mata uang berubah sepanjang waktu. Teori PPP menyatakan bahwa kurs spot berubah karena pengaruh perbedaan tingkat inflasi, sedangkan IFE menyatakan bahwa kurs spot berubah karena dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, akan tetapi IFE terkait dengan PPP dimana IFE melihat perubahan suku bunga dipengaruhi oleh perbedaan taksiran perubahan tingkat inflasi.

Kasus: Manajemen Sumber Daya Manusia Global di PT. Coca-Cola

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Sukses atau tidaknya suatu perusahaan tergantung pada struktur formal dan informal serta pengawasan harus sesuai dengan strategi perusahaan. Contoh: strategi transnasional membebankan alat-alat yang sangat berbeda untuk staffing, perkembangan manajemen dan praktek kompensasi dibandingkan dengan strategi yang dilakukan oleh perusahaan multidomestik. Perusahaan mengejar kebutuhan strategi transnasional untuk membangun kerjasama budaya yang kuat dan jaringan manajemen informal untuk mentransmisikan informasi dengan organisasi. Selanjutnya seleksi pegawai, perkembangan manajemen, penilaian penampilan, dan kebijaksanaan upah fungsi MSDM bisa membantu mengembangkan hal ini.

Sumber daya manusia (SDM) Merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki ketrampilan dan berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang sangat kompetitif. Kondisi ekonomi di abad 21, ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan perekonomian dan perdagangan ketika Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan yang terintegrasi dan tanpa batas teritorial Negara.

beberapa efek dari era globalisasi yang dihadapi oleh suatu Negara:

1.      Produksi

Perusahaan berproduksi di berbagai Negara dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai serta iklim usaha dan politik yang kondusif. Dalam hal ini dunia menjadi lokasi manufaktur global.

 

 

2.      Tenaga Kerja

Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf professional diambil dari expatriat yang berpengalaman internasional atau buruh diperoleh dari Negara berkembang. Dengan adanya globalisasi pergerakan tenaga kerja akan semakin mudah dan bebas.

3.      Informasi

Masyarakat suatu Negara dengan mudah dan cepat akan mendapatkan informasi dari Negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, melalui televise, internet, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan informasi Coca-Cola yang luas dan maju telah membantu berkembangnya pasar minuman bersoda ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama dengan Coca-Cola.

4.      Perdagangan

Dalam bentuk tarif penurunan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan semakin ketat dan fair.

Perusahaan Coca-Cola merupakan salah satu perusahaan multinasional yang sukses. Dengan cabang-cabang mendekati 200 negara dan lebih kurang 80 % lebih pendapatannya datang dari bisnis di luar Amerika, Coca-Cola diterima sebagai perusahaan global. Bagaimanapun Coca-Cola, cenderung menggambarkan dirinya sebagai perusahaan “multi-lokal” seperti yang terjadi pada kantor pusat di Atlanta tetapi kantor pusatnya dapat berada dimana-mana yang menghadirkan image Coca-Cola dengan “wajah lokal” disetiap Negara tempat mereka berbisnis. Philosophi Coca-Cola adalah “berpikir global dan bertindak lokal” yang menggambarkan mentalitas manajemen Coca-Cola. Strategi bisnis utama Coca-Cola adalah kebebasan meniru operasional yang cocok sesuai dengan tingkah laku dari pasar sasaran. Pada saat yang sama, perusahaan mencoba membangun pola pikir yang sama tentang pembagian karyawan.

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

2.1 Kebijakan Staff

Kebijakan staff  berkaitan dengan seleksi karyawan. Pada level pertama melibatkan seleksi individu yang punya keterampilan yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Pada level lain kebijakan staff  bisa merupakan alat untuk mengembangkan dan mempromosikan budaya perusahaan.

 

2.1.1  Tipe-tipe Kebijakan Staff

v     Pendekatan Etnosentris

Kebijakan staff  Etnosentris adalah salah satu kunci manajemen yang di isi oleh pihak-pihak dari Negara asal. Contoh banyak perusahaan Jepang dan Korea Selatan seperti Toyota, Samsung posisi kunci operasional perusahaan internasional masih cenderung dipegang oleh orang-orang dari tuan rumah.

 

v     Pendekatan Polisentris

Kebijakan staff Polisentris adalah kebijaksanaan dari Negara penyelenggara untuk mengelola cabang. Negara asal memegang posisi kunci dari kepemimpinan perusahaan. Pendekatan polisentris merupakan respon dari kekurangan pendekatan etnosentris.

v    Pendekatan Geosentris

Kebijakan staff Geosentris menempatkan orang pada pekerjaan yang tepat di organisasi, tanpa melihat kebangsaaan. Contoh perusahaan Molex merupakan contoh tepat dalam menempatkan orang dalam posisi yang tepat.

 

2.2 Ekpatriat

Pekerja asing adalah masyarakat dari suatu Negara yang bekerja pada beberapa Negara.

Tingkat kegagalan orang yang meninggalkan Negara asal

   Tingkat kegagalan orang asing ini mewakili kesalahan kebijakan perekrutan karyawan untuk mengidentifikasi individu yang tidak siap keluar negeri. Biaya untuk kesalahan pekerja asing ini tinggi.

Contoh para manajer multinasional yang mengindikasikan alasan kesalahan pekerja asing  yang bersifat penting:

1.            Ketidak mampuan untuk melakukan penyesuaian

2.            Ketidak mampuan manajer untuk melakukan penyesuaian

3.            Masalah-masalah lain dalam keluarga

4.            Kepribadian manajer atau kematangan perasaan

5.            Ketidakmampuan untuk mengatasi tanggung jawab luar negeri yang lebih besar

 

2.3 Kompensasi

Dua isu yang timbul pada setiap diskusi adalah kompensasi dalam bisnis internasional. Pertama bagaimana kompensasi seharusnya mencerminkan perbedaan nasional dalam praktek ekonomi dan kompensasi, isu lain adalah bagaimana pekerja asing dibayar.

 

         Pendekatan yang paling umum untuk bayaran atau upah bagi orang yang meninggalkan negara asal atau bekerja dinegara orang adalah penetapan secara pendekatan ini menyamakan daya beli antar negara maka dapat menikmati total hidup yang sama dipenetapan luar negara sama seperti di negara mereka sendiri. Sebagai tambahan pendekatan ini menyediakan insentif keuangan antara penempatan tugas yang berbeda. Komponen yang timbul bagi kompensasi pekerja asing adalah gaji pokok, pelayanan pekerja asing, pinjaman dari berbagai jenis, perbedaan pajak dan keuntungan. Gaji pekerja asing bisa tiga kali lipat lebih besar dari pekerja lokal. Karena mahalnya biaya pekerja asing ini, banyak perusahaan mengurangi pemakaian mereka dalam beberapa tahun terakhir. Bagaimanapun, kemampuan perusahaan untuk mengurangi penggunaan pekerja asing sangat terbatas, biasanya tergantung dari kebijakan staff etnosentris atau geosentris.

 

 

 

a.     Gaji Dasar

            Secara normal gaji dasar disuatu Negara akan sama dengan gaji yang ada di Negara asing. Gaji normal dibayar dalam mata uang asing atau didalam mata uang lokal.

 

b.     Jasa Premi Asing

            Jasa premi asing adalah tunjangan khusus bagi orang yang meninggalkan Negara asal atau bekerja di Negara asing. Hal ini ditawarkan sebagai suatu insentif bagi penempatan asing. Kompensasi bagi orang yang meninggalkan Negara asal untuk menikmati hidup di Negara asing yang jauh dari keluarga dan teman-teman, dan berhubungan dengan suatu bahasa serta kultur yang baru dan menyesuaikan kebiasaan pekerjaan dan praktek baru.

 

c.     Pinjaman

            Empat jenis pinjaman sering tercakup dalam sebuah kompensasi bagi orang yang meninggalkan kewarganegaraan:

1.      Suatu pinjaman dibayar ketika orang yang meninggalkan kewarganegaraan ditempatkan pada suatu penempatan yang sulit biasanya diartikan sebagai dasar kenyamanan seperti pelayanan kesehatan, sekolah dan toko eceran yang jelas sekali tidak mencukupi standar bagi orang yang meninggalkanya.

2.      Pinjaman Untuk Perumahan

3.      Pinjaman Untuk Biaya Hidup

4.      Pinjaman Untuk Pendidikan

 

d.     Perpajakan

        Jika suatu Negara penyelenggara mempunyai suatu perjanjian timbal balik dengan orang yang meninggalkan Negara asal di Negara tuan rumah. Orang yang meninggalkan Negara asal mempunyai kewajiban untuk membayar pajak dan untuk tempat tinggal kedua pemerintah di Negara tuan rumah. Bila suatu perjanjian pajak timbal balik tidaklah berlaku, maka perusahaan yang khusus membayar pajak pendapatan di Negara tuan rumah. Sebagai tambahan perusahaan dipastikan secara normal menyusun perbedaan pajak pendapatan. Jika pajak pendapatan lebih tinggi menurut Negara tuan rumah terhadap upah bersih orang meninggalkan kewarganegaraan.

 

e.     Manfaat

        Kebanyakan perusahaan memastikan bahwa mereka yang meninggalkan Negara asalnya menerima kesehatan yang sama dan manfaat perusahaan  menjadi sangat mahal untuk perusahaan kebanyakan manfaat pajak yang dapat dikurangi untuk perusahaan dinegara tuan rumah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PERMASALAHAN KASUS

 

 

Perusahaan Coca-Cola merupakan salah satu perusahaan multinasional yang sukses. Dengan cabang- cabang mendekati 200 negara dan lebih kurang 80 % lebih pendapatannya datang dari bisnis di luar Amerika, Coca Cola diterima sebagai perusahaan global. Bagaimanapun Coca cola, cenderung menggambarkan dirinya sebagai perusahaan “multi-lokal” seperti yang terjadi pada kantor pusat di Atlanta tetapi kantor pusatnya dapat berada dimana-mana yang menghadirkan image Coca cola dengan “wajah local” disetiap Negara tempat mereka berbisnis. Philosophy Coca cola adalah “berpikir global dan bertindak lokal” yang menggambarkan mentalitas manajemen coca cola. Strategi bisnis utama Coca cola adalah kebebasan meniru operasional yang cocok sesuai dengan tingkah laku dari pasar sasaran. Pada saat yang sama, perusahaan mencoba membangun pola pikir yang sama tentang pembagian karyawan.

Coca cola mengatur operasi globalnya melalui 25 divisi operasi yang terorganisasi dibawah 6 kelompok regional: Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. Fungsi perusahahaan manajemen sumber daya manusia adalah menyatukan semua divisi yang berbeda kedalam keluarga Coca cola. Pencapaian manajemen sumber daya manusia perusahaan dengan dua cara:

1.      Mempropagandakan philosophi umum sumber daya manusia diantara perusahaan.

2.      Membangun kelompok internasional level eksekutif untuk tanggung jawab manajemen senior dimasa datang.

Salah satu misi kelompok sumber daya manusia perusahaan dengan membangun dan mendirikan sebuah philosopi di seluruh dunia yang mana bisnis lokal dapat membangun pelatihan sumber daya  manusianya. Contohnya, untuk mendapatkan kebijakan standar kompensasi untuk semua operasi nasional, coca cola memiliki philosopi kompensasi yang sama, total kompensasi harus kompetitif dengan perusahaan terbaik di pasar lokal. Dua kali setahun kelompok manajemen sumber daya manusia perusahaan juga menerapkan sesi pelatihan manajemen sumber daya manusia dua kali seminggu untuk staff sumber daya manusia dari setiap 25 divisi operasional. Sesi ini memberikan gambaran dari philosopi manajemen sumber daya manusia perusahaan dan membicarakan bagaimana bisnis lokal bisa mengartikan philosopi itu pada kebijakan manajemen sumber daya manusia. Coca cola menemukan bahwa pembagian informasi adalah salah satu keuntungan yang baik dari membawa manajemen sumber daya manusia professional secara bersama-sama. Contohnya, alat-alat yang dikembangan di Brazil cocok dengan masalah spesifik dari manajemen sumber daya manusia yang mungkin berguna juga di Australia. Sesi ini menyediakan sarana untuk manajemen sumber daya manusia profesional berkomunikasi dan belajar satu sama lain, dan memfasilitasi tukar informasi yang cepat dari inovasi dan alat nilai-nilai manajemen sumber daya manusia dari regional ke regional.

Sebanyak mungkin, coca cola menjalin hubungan antara staff operasionalnya dengan staff lokal. Menurut seorang eksekutif senior: “kami mencoba membatasi jumlah dari expatriat di suatu wilayah karena umumnya orang lokal mempunyai persiapan yang lebih baik untuk melakukan bisnis di tempat lokasi mereka sendiri.” Bagaimanapun, expatriat lebih dibutuhkan karena dua alasan utama: pertama, untuk mengisi kebutuhan skill yang spesifik yang mungkin tidak ada di beberapa lokasi. Contohnya: ketika coca cola memulai operasi di Eropa Timur, mereka membawa ekpatriat dari Chicago untuk mengisi manajer keuangan. Alasan kedua, dengan menggunakan expatriat untuk meningkatkan kemampuan dasar mereka sendiri. Coca cola percaya bahwa karena mereka perusahaan global, manajer-manajer senior harus memiliki pengalaman internasional.

Kelompok manajemen sumber daya perusahaan memiliki lebih kurang lima ratus manajer level atas yang terlibat dalam “program pelayanan global” karakter dari manajer Coca cola ini sebagai seorang yang memiliki pengetahuan atas beberapa pengalaman mereka di lapangan, ditambah pengetahuan tentang perusahaan, dan bisa melakukan dua hal di suatu lokasi internasional, nilai tambah lainnya dengan pengalaman internasional yang mereka bawa ke perusahaan mereka dapat membagi informasinya di perusahaan. Dari 500 peserta program, sekitar 200 orang pindah setiap tahun. Untuk mengurangi biaya transfer untuk karyawan ini, Coca cola memberikan program pelayanan global “sistem kompensasi dasar Amerika”. Mereka dibayar menurut standar gaji dari Amerika, berlawanan dengan standar gaji yang ditetapkan di Negara dimana mereka ditempatkan. Seperti, seorang manajer india pada program ini yang bekerja di Inggris akan dibayar menurut standar gaji Amerika dan tidak menurut standar gaji India maupun Inggris. Tujuan utama dari program ini adalah membangun kader-kader eksekutif internasional yang akan menjadi manajer senior dimasa akan datang pada perusahaan Coca Cola.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

 

4.1 Kesimpulan

1.      Sistem kebijakan staff dari coca cola adalah Pendekatan Geosentris

Kebijakan staff Geosentris menempatkan orang pada pekerjaan yang tepat di organisasi, tanpa melihat kebangsaaan. Coca-Cola menggunakan karyawan lokal di Negara tempat mereka berbisnis. Philosophy Coca cola adalah “berpikir global dan bertindak lokal” yang menggambarkan mentalitas manajemen coca cola, yang dapat diartikan memiliki strategi yang global tetapi dalam prakteknya menerapkan aturan-aturan lokal di suatu Negara. 

 

2.      Strategi dari manajemen sumber daya manusia Coca-Cola adalah berusaha untuk memasuki pasar sasaran dengan menggunakan sumber daya yang ada di Negara sasaran tersebut karena umumnya pekerja lokal lebih  mengetahui mengenai situasi dan lebih siap dalam memasuki pasar yang ada.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hill, Charles. International Business:Competing in the global market place. McGrawHill 7thed. 2009. bab 18

Samsudin Sadili, M.pd, MM, Drs, H. Manajemen Sumber Daya Manusia, cet. 1. Bandung. Pustaka Se

PENGARUH RENTABILITAS, SIZE DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KETERLAMBATAN PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN GO-PUBLIK SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR

PENGARUH RENTABILITAS, SIZE DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KETERLAMBATAN PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN GO-PUBLIK SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA

 

 

1. Pendahuluan

              Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keuangannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama pihak kreditur, investor dan pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri. Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah go publik adalah mempublikasikan laporan keuannya. Tapi tidak semua perusahaan dapat mempublikasikannya tepat waktu. Menurut BAPEPAM batas keterlambatan suatu perusahaan menyampaikan laporan keuangan adalah tanggal 31 Maret.

              Keterlambatan publikasi laporan keuangan mengidentifikasikan adanya masalah dalam pelaporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama. Publikasi laporan keuangan adalah menerbitkan laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun pada media cetak. Umumnya keterlambatan publikasi laporan sering dilakukan oleh emiten, oleh karena itu perlu dikaji dan dicari tahu apa penyebabnya apakah ada hubungan antara rentabilitas ekonomi, size dan struktur modal perusahaan terhadap keterlambatan publikasi laporan keuangan.

 

2. Tinjauan Pustaka

              Lapoan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal asing yang diperlukan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam persentase.

            Ukuran perusahaan (size) diukur dari total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva adalah sumber daya  yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi yang diharapkan dimasa depan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung didalamnya.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Bambang Riyanto,2001: 296). Pemenuhan kebutuhan dana modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai srtuktur modal yang optimal. Rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Rasio) adalah rasio yang mengukur struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. DER membandingkan total utang dengan total modal pemilik (equitas). DER mengukur seberapa besar upiah pemilik modal yang digunakan untuk menjamin utang.

Ketepatan penyampaian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh prusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat maka, relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang. Keterlambatan publikasi laporan keuangan mengidentifikasikan adanya masalah dalam pelaporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama. Keterlambatan publikasi laporan keuangan berarti keterlambatan dalam menerbitkan laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun media cetak.

Penelitian terdahulu :

  1. Luciana Spica Almalia dan Lucas setiady menerangkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan
  2. Thio Anastasia menyatakan bahwa profitabilitas perusahan dapat menjeleskan ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan
  3. Ika permatasari (2005) menunjukkan bahwa rasio leverage bersama-sama dengan fktor lain memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat manajemen laba.

 

 

3. Hipotesis

HA1 : Rentabilitas mempengaruhi keterlambatan publikasi laporan keuangan

HA2 : Size mempengaruhi keterlambatan publikasi laporan keuangan

HA3 : Struktur modal  mempengaruhi keterlambatan publikasi laporan keuangan

 

4. Metode Penelitian

Sampel yang digunakan adalah perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri dan dan kimia. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan kriteria :

Ø      Perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahon 2003 sampai 2005

Ø      Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya melebihi tanggal 31 maret

Ø      Perusahaan yang melekukan keterlambatan publikasi laporan keuangan selama 3 periode atau lebih

Ø      Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap mulai tahun 2002 sampai 2005

Data yang digunakan bersumber dari data sekunder yang berasal dari Pusat Referensi Pasar Modal. Setelah pengujian hipotesis dilakukan uji  klasik yaitu uji normalitas data, uji multikolinieritas adan uji autokorelasi.

 

Struktur Modal

STRUKTUR MODAL

 

1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal / capital structure            berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri Ahmad Rodoni dan Indo Yama Nasaruddin (2007). Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan akhir tahun. Struktur modal merupakan perimbangan antara utang dengan modal yang dimiliki perusahaan. Salah satu isi penting yang sering dihadapi oleh manajer suatu perusahaan adalah menentukan perimbangan yang tepat antara utang dengan modal.

Terdapat tiga teori utama dalam menjelaskan tujuan perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Ketiga teori tersebut berusaha menjelaskan bagaimana struktur modal dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut adalah :

a) Teori Tradisional atau Teori Klasik

Menyatakan bahwa struktur modal yang optimal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan adalah dengan cara meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah satu versi teori ini dikembangkan oleh Ezra Solomon yang menyatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila terdapat kelebihan antara debt equity ratio dengan average cost of capital.

b) Teori yang dikembangkan oleh Miller dan Modigliani

Menyatakan bahwa pasar modal itu adalah sempurna dan tidak ada pajak. Mereka menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal.

c)Teori yang juga dikembangkan oleh Miller dan Modigliani.

Dengan memperhatikan tingkat pajak mereka menyatakan bahwa penggunaan utang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Tingkat bunga

Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut.

b) Stabilitas earning

Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya, sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk.

c) Susunan aktiva

Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan menggutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.

d) Risiko aktiva

Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko, dan sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.

e) Jumlah modal yang dibutuhkan

Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan, misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.

f) Keadaan pasar modal

Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan lebih baik melakukan penerbitan saham.

g) Sifat manajemen

Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.

h) Besarnya perusahaan

Suatu perusahaan yang tergolong besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi kekuasan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, perusahaan besar umumnya lebih menyukai melakukan penerbitan saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya.

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan oleh empat faktor berikut :

a. Risiko bisnis

Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi risiko perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang rendah.

b. Pajak perusahaan

Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.

c. Fleksibilitas keuangan

Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila perusahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan.

d. Agresivitas manajemen

Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih cenderung menggunakan utang untuk

 

Sabtu, 12 Desember 2009